Minggu, 02 November 2008

B 5808 TK

Itu adalah nomor kendaraan suamiku. Motor itu bukan motor biasa, dia itu menyimpan begitu banyak kenangan, lucu, menyakitkan, menjengkelkan dan kadang pula bikin kita malu .... seru banget.

Motor Honda Astrea Grand (C 100) keluaran tahun 1995, itu mempunyai sejarah yang luar biasa hebat. Motor yang sudah butut itu dipakai secara turun menurun. Pertama, motor itu dipakai untuk survey Bp. Hendry Tamrin saat di artarindo, terus Joe, dan sekarang oleh suamiku, tapi sekarang udah menjadi hak milik suamiku lho.

Waktu itu, motor itu akan dijual oleh Artarindo, dia langsung dengan cepat bilang ke bagian keuangan, yang dipegang oleh ibu Laksmi. Akhirnya sama bos besar Arnold Oscar diijinkan untuk dibeli sama suamiku (dulu masih tahap awal pacaran.red). Bangga juga sih, karena pas pertama kali jadian dia langsung mengganti motornya dengan B 5808 Tk itu, katanya biar lebih empuk duduknya dan ngga malu-maluin...lucu ya.

Oh ya sebelum punya Honda Astrea Grand ini, suamiku memakai motor Suzuki Crystal (B-....-LV), lupa aku nomor tengahnya. Kondisi motor suzukinya itu lebih memprihatinkan dari motor yang ada sekarang. Banyak kawat dimana-mana, untuk mengikat bagian-bagian yang hampir lepas dan patah. Tragis ya.... Motor ini juga menyimpan berjuta kenangan manis. Pertama kali aku datang ke Jakarta, setelah dipindah dari Artarindo cabang Semarang ke Kantor Pusat, pagi-pagi aku dijemput di stasiun Senen. Dan dengan motor ini juga aku melakukan kencan pertama di pantai Ancol....hhhhmmmm...so sweet.

Kejadian yang lucu sekaligus seru pernah terjadi dengan motor ini. Dulu, kita jalan-kalan ke citraland, mall di daerah Grogol. Pas mau pulang ternyata kunci motor hilang, kita panik, karena kunci motor itu dijadikan satu sama STNK. Gubrak...kita akhirnya lapor ke satpam, solusinya disuruh membawa BPKB atau nunggu sampai jam terakhir parkir. Busyet! sampai jam berapa, pikirku. Akhirnya ibunya datang dari Bintaro ke Grogol membawa BPKB, dan motor bisa keluar, setelah dibongkar paksa sama Duta. Saat itu aku baru mengetahui untuk pertama kalinya dia ngamuk dan marah, bukan sama aku sih, tapi sama keadaan yang menyulitkan dia. Lucu juga ya kalau mengingat-ingat kejadian itu.

Setelah mempunyai "motor baru", (motor second keluaran lama, waduh berarti lama banget ya) kita sering jalan-jalan menikmati amsa pacaran. karena kita berdua ternyata mempunyai hobby yang sama, yakni pergi ke tempat-tempat baru.

Tapi, seiring waktu berjalan, motor itu menuju kepada kehancurannya, kata suamiku. Banyak bagian-bagian motor yang sudah hilang, catnya sudah rusak, tempat duduknya (sadel) pun sudah parah banget, kalau motor lain mau diisi bensin biasanya sadelnya dibuka ke atas, tapi sadel kotor suamiku dibukanya ke samping. Unik kan? cuma satu-satunya di dunia ini. Di STNK menyebutkan kalau motor itu mempunyai kecepatan 100 CC, tapi pada kenyataannya dia hanya sanggup lari dengan kecepatan 70 CC.

Perlakuan terhadap motor ini pun sangat istimewa, disamakan dengan "kebo kyai slamet" yang dicuci tiap malam 1 Suro alias jarang dimandikan. Sudah barang tentu kondisinya sangat kotor apalagi kalau musim hujan tiba, kotornya minta ampun. Dia memang agak malas untuk merawat motornya itu, karena menurut dia akan membuang-buang waktu saja. Bensin dan tekanan angin pun ngga kalah jarang diperhatikannya, sering banget kita harus mogok di tengah jalan, dan berjalan jauuuuhhhh untuk ketemu dengan POM bensin, ini ngga terjadi sekali atau dua kali, tapi sering banget. Tapi yang membuat aku terharu, meskipun motornya sudah mulai usang, tapi dia itu sangat menjaga barang kepunyaannya, disaat parkir motornya dia tidak lupa mengunci motornya itu dengan rantai yang super gedhe dan gembok pintu yang ngga kalah gedhenya. Semboyan dia Jelek-jelek milik pribadi". Banyak temen-temen yang mengejeknya, "ditaruh di jalan juga ngga ada yang ngambil" itu kata kunci yang sering keluar dari mulut orang-orang yang ngga mengetahui prinsip dan gaya hidup dia.

Tapi ngga tau kenapa aku ngga pernah malu naik bareng dia dengan motor itu, bahkan aku bangga dan bahagia saja lho. Motor ini juga yang mengantarkan aku untuk menemani suamiku terjun bebas dari motor (tabrakan), sudah lebih dari tiga kali aku jatuh bareng, dia menyebut aku sebagai "konco ngglundhung" atau teman jatuh. Menurutku, dia adalah pengendara motor yang ngga sabaran, sesuai dengan golongan darahnya "O", yang menurut peneliti, pengendara motor atau mobil yang sedang naik kendaraan mereka, akan menganggap orang-orang yang didepannya adalah para siput yang sedang berjalan. Tidak jarang dia sering naik trotoar untuk menghemat waktu bak "pemain akrobat" di tengah kemacetan Jakarta.

"B 5808 TK" memnang angka keramat, ngga jarang temen-temen menawarkan motor yang lebih bagus kondisinya, bahkan banyak program kredit dari kantor yang pasti lebih ringan cicilannya, dia tolak mentah-mentah. Dia ingin menjadikan motor honda astrea Grand menjadi produk "masterpiece" yang legendaris, dia terinspirasi dengn mobil RI 1 yang pernah dipakai oleh Presiden Sukarno itu. Motor penuh kenangan, motor yang menyimpan sejuta kasih sayang....itulah "B 5808 TK". I love you Duta...

1 komentar: